Jumat, 22 Mei 2009

Tyasno Sudarto: Manifesto HTI Layak untuk Indonesia

Tyasno Sudarto: Manifesto HTI Layak untuk Indonesia PDF Print E-mail
Friday, 22 May 2009
Image
ImageMediumat.com-Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto menilai Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia layak untuk perubahan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. “Sangat layak, dan harus terus digulirkan sebagai bentuk jalan baru bagi bangsa ini,” katanya di hadapan ribuan hadirin yang memenuhi Auditorium Adyana Wisma Antara, Jakarta, dalam Halqah Islam dan Peradaban, KAMIS (21/5).

Menurutnya, perubahan membutuhkan dua unsur yakni sistem dan orang. “Kita butuh sistem yang baik dan orang yang baik,” jelasnya. Dalam penilaiannya, Indonesia saat ini masih terjajah dan tidak mandiri. Indonesia dinilainya tidak lagi memiliki kedaulatan politik, tidak mampu berdikari dalam bidang ekonomi, dan tidak berkepribadian sesuai dengan budayanya.



Ruang yang berkapasitas tempat duduk 500 orang itu tak mampu menampung hadirin yang jumlahnya lebih dari seribu orang. Para pengunjung terpaksa duduk di lantai, banyak yang berdiri. Sebagian lain berada di luar ruang dan hanya bisa mendengarkan dari pengeras suara.

Halqah Islam dan Peradaban kali ini mengangkat tema ”Manifesto Hizbut Tahrir Indonesia: Jalan Baru untuk Indonesia.” Acara ini menghadirkan Ketua DPP HTI Hafidz Abdurrahman, Farid Wadjdi, Rokhmat S Labib, Ismail Yusanto, Jenderal TNI (Pur) Tyasno Sudarto, pengamat politik Bima Arya Sugiarto, ekonom Imam Sugema, pengamat sosial Tati Elmir, pengamat pendidikan Teguh Juwarno, dan pengamat media Hadi Mustofa.

Dalam pembukaannya, Hafidz menjelaskan, manifesto ini adalah persembahan dari Hizbut Tahrir Indonesia, sebagai langkah kongkrit, atas kecintaannya kepada bangsa Indonesia yang mayoritas rakyatnya beragama Islam dan masih dalam kondisi yang terpuruk. “Manifesto ini adalah bukti dari Hizbut Tahrir yang ingin membangkitkan Indonesia yang akan menjadikannya negara adidaya dunia dengan khilafah, juga membebaskan negeri ini dari penjajahan, baik fisik maupun non fisik. Serta untuk meraih kemualiaan Islam dan ridho Allah swt.”

Manifesto ini berisi uraian tentang sistem pemerintahan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem peradilan, sistem pergaulan, media dan informasi dalam Islam, politik luar negeri dan dalam negeri, strategi pendidikan, serta sekilas tantang Hizbut Tahrir dan seruan Hizbut Tahrir Indonesia.

Ketua DPP HTI ini mengemukakan sebuah ironisme yakni Indonesia kaya raya tapi rakyatnya miskin. Menurutnya, ini karena tidak adanya kedaulatan Asy Syari’. Maka jalan keluarnya adalah kembali kepada sistem Islam. Dengan itu Islam akan memberikan rahmat kepada seluruh alam.

Pengamat politik Bima Arya pun menilai manifesto ini layak. Hanya saja ia mengajukan beberapa catatan, yakni harus ada rincian langkah agar tidak berakhir seperti model demokrasi yang sedang dijalankan. Walaupun menduga ada kemiripan antara demokrasi dan sistem khilafah, tetapi Bima Arya mengelak menjawab secara tegas saat ditanyakan apakah sistem buatan manusia yaitu demokrasi yang dia pilih atau sistem dari Allah yaitu sistem khilafah.

Sedangkan ekonom Iman Sugema lebih menyoroti aspek praktis dari bidang ekonomi yang dipaparkan pada manifesto ini. Hanya saja sendiri mengaku belum tahu secara mendalam tentang sistem ekonomi Islam. Ia sedang mempelajarinya dan itupun atas dasar kebutuhan pragmatis.

Di Sesi diskusi kedua yang menghadirkan panelis pembanding Teguh Juwarno, Tatty Elmir dan Hadi Mustofa, dibahas mengenai sistem pendidikan, perlindungan terhadap anak dan peranan media dalam negara Khilafah. Menurut Hafidz, ada kesamaan tentang sekolah gratis dalam sistem khilafah dengan sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Yang membedakannya adalah dalam kualitas yang ditawarkan, bila dalam khilafah dengan kualitas tinggi karena jaminan negara, sedang di Indonesia masih seadanya, yang justru lebih berkualitas yang mahal bayarannya.

Teguh Juwarno mengharapkan dari kader-kader Hizbut Tahrir agar bisa terjun menjadi pendidik yang baik bagi rakyat Indonesia di seluruh pelosok. Hal ini ditanggapi oleh Juru Bicara HTI bahwa Hizbut Tahrir Indonesia memiliki sarana membina umat dengan buletin mingguan Al Islam dengan tiras 1,3 juta exemplar dan Media Umat denga oplah 30 ribu exemplar, juga dengan media on line yang link up ke Hizbut Tahrir di seluruh dunia. Dan tentu dengan cabang yang tersebar di 30 propinsi dan proses pembinaan umat yang dilakukan tiap minggu dan tiap bulan sekali yang jumlahnya ribuan oleh kader-kader Hizbut Tahrir.

Para pembicara sepakat bahwa jalan yang dilalui oleh Indonesia saat ini sudah layak ditinggalkan. Sebagai gantinya harus dicari jalan baru. HTI berharap manifesto ini menjadi jalan baru bagi Indonesia yang lebih baik.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Beri Komentar Ya