Jumat, 20 Juni 2008

10 WASIAT IMAM HASAN AL-BANNA


1. Bangunlah segera untuk melakukan shalat apabila mendengar Adzan walau bagaimana pun keadaannya.

2. Baca, telaah, dan dengarkanlah Al-Qur'an atau dzikirlah kepada Allah dan jangan engkau senang menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.

3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa dan berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.

4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.

5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.

6. Jangan bergurau, karena ummat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus menerus.

7. Jangan mengeraskan suara diatas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.

8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan janganlah berbicara kecuali yang baik.

9. Berta'aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta'awun (kerja sama)

10. Pekerjaan Rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka tolonglah selainmu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.

Sabtu, 07 Juni 2008

CINTA ..............CINTA...........................


Cinta kepada Allah bukanlah jalan tol. Senantiasa ada halangan dan rintangannya. Namun, tidak perlu terlalu khawatir. Sebab, bila paham apa penghalang tersebut dan bagaimana cara mengunggulinya Allah SWT akan membantu kita meraih cinta kepada-Nya.

Penghalang cinta kepada Allah SWT setidaknya ada dua jenis. Secara internal berupa hawa nafsu, dan secara eksternal berupa setan. Keduanya merupakan musuh yang dapat memalingkan siapapun dari kecintaan kepada Allah SWT. Dia berfirman:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ(53)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS. Yûsuf[12]:53).

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(168)

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu (TQS. Al Baqarah[2]:168)

Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa .

Taubat harus menjadi kebiasaan sehari-hari (At-Taubah ;112). Suatu kebahagiaan bila kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim: 8).

Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan dosanya, memohon ampun kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul ‘Abidin menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut. Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka ia harus ber-istighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta kemaafan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang Ma’sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak dilindungi dari kesalahan?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT. Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasanya Allah Ta’âla berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perangkepadanya. Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya” (HR. Bukhari).

Semoga kita diberi kemudahan untuk menjadi kekasih Allah Pencipta Alam.



Berjuang Menghidupkan al-Qur’an

Image“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya,” (Riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhari dalam shahihnya).

Bagaimana posisi Anda? Tengok saja bagaimana keakraban Anda dengan al-Qur’an. Karena wahyu illahi ini akan mengangkat kedudukan manusia di surga.

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra, dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, “Dikatakan kepada shahib al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah dan nikmatilah seperti halnya kamu menikmati bacaan al-Qur’anmu di dunia! Sesungguhnya kedudukanmu ada di akhir ayat yang kamu baca.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)

Agaknya, pemikiran seperti itulah yang memenuhi benak Wahidin Puarada. Ceritanya, pada 2005 silam, Wahidin Puarada menyelesaikan masa tugasnya yang pertama sebagai Bupati Fakfak, Papua Barat. Namun, pemilihan kepala daerah berikutnya, Wahidin kembali maju mencalonkan diri menjadi Bupati Fakfak. Kali ini dia berpasangan dengan Drs. Said Hindom, M.Si, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dimasa Pemerintahan Wahidin –Hambore. Setelah menjabat kembali sebagai Bupati Kabupaten Fakfak periode II (2005-2010), Wahidin mencanangkan salahsatu program unggulan, Pemberantasan Buta Aksara Kitab Suci al-Quran.

Munculnya program ini, karena, di berbagai belahan bumi ini hampir tidak ada negara yang tidak tersentuh musibah. Apalagi Indonesia. Apa yang salah dengan Indonesia ini? Apa yang salah dengan dunia ini?

Di tahun yang sama, Ramadhan 2004, Wahidin menghadiri Nuzulul Qur’an di Masjid Jame Makassar. Penceramahnya Sanusi Baco. Selain membicarakan tentang Nuzulul Qur’an dia juga menanyakan, sudah berapa orang kah di rumah yang sudah membaca Al Qur’an? “Ini menarik,” gumam Wahidin.

Pulang dari Makassar, Wahidin naik Kapal Doloronda. Di kapal itu selain tarawih ada diskusi. Dari diskusi itu terungkap, sudah banyak orang yang lari dari firman Allah dan sunnah Rasul. Kita harus kembali ke Kitab Suci. Maka Wahidin bertekad, “Kita harus membuat Program Pemberantasan Buta Aksara Kitab Suci.”

Program itu diwujudkan dengan sebutan 4 M + 1 A. Adapun 4 M itu adalah: Memiliki kitab suci, Membaca kitab suci, Menghayati makna kitab suci, dan Melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan 1 A adalah: Al Qur’an atau Al Kitab.

Dalam pelaksanaannya, Wahidin menilai, bahwa masyarakat Fakfak, para tokoh agama bersemangat sekali menerima program tersebut.

Wahidin melihat adanya perbedaan animo masyarakat laki-laki dan perempuan. “Kaum ibu atau kaum perempuan ternyatata lebih bersemangat dalam menerima dan menjalankan program ini, laki-laki kalah bersemanagat dengan para ibu ini, sehingga muncul istilah, kaum ibu lebih ingin masuk surga ketimbang kaum bapaknya,” tuturnya.

Pemerintah daerah Fakfak juga melakukan control agar program ini dapat berjalan. Misalnya setiap hari sabtu di Pemda ada evaluasi, diantaranya ada evaluasi apakah di kantor sudah dilakukan seperti itu. Alhamdulillah sudah ada yang melaksanakan hingga 90% program itu berjalan. Dan yang 10% sekarang juga sudah mulai berjalan semua.

Untuk program memiliki kitab suci, tahun 2006, Badan Sosial telah membagikan 5.900 kitab suci Al Qur’an dan Alkitab kepada RW. RT, Distrik dan atau langsung lewat teman-teman pengajian, majelis taklim, TPA, TPQ, sekolah mingggu dan kelompok ibadah. Tahun 2007 jumlahnya meningkat sehinggga diharapkan seluruh masyarakat di kabupaten Fakfak dapat memilikinya. Dengan program ini Wahidin berharap daerahnya akan lepas dari ketertinggalan. ”Terbukti Fakfak dikenal sebagai zona damai, dengan tingkat kriminalitas yang rendah,” kata Wahidin bangga.

Karenanya, Drs Yaksyallah Mansur M Ag, yakin, Bila umat Islam berpegang teguh dengan al-Qur’an pasti umat ini akan maju. “Maju baik ditinjau dari aspek akidah maupun sejarah,” katanya.

Selanjutnya, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor itu mengungkapkan, umat Islam berhasil meraih masa keemasan, sebab mereka benar-benar berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah, namun ketika mereka meninggalkan-Nya menjadi terpuruklah kondisi umat Islam seperti saat ini.

“Para ilmuan seperti Ibnu Sina seorang dokter, al Farabi penemu filsafat dan al Khawarizmi penemu matematika, mereka adalah orang-orang yang hafal al-Qur’an, mereka belum mau mempelajari ilmu-ilmu yang lain sebelum mereka mempelajari dan memahami al-Qur’an,” kata dai kelahiran Kudus 1958 itu

Sedangkan umat Nasrani dan Yahudi maju karena mereka meninggalkan kitab-Nya, sebagian umat Kristiani berasumsi bahwa dengan meninggalkan kitab Injil mereka akan maju. Yakhsyallah menjelaskan Injil adalah kitab yang tidak bisa membuat mereka maju karena isinya hanya doktrin, bertentangan dengan logika dan ilmu pengetahuan, misalnya teori ‘Trinitas’ mengatakan Tuhan itu tiga, ini sangat bertentangan dengan logika.

”Terbukti dalam sejarah begitu Injil palsu menyebar ke Eropa mereka mengalami masa kegelapan dan kemunduran. Padahal sebelum Masehi, di Yunani mereka mengalami kemajuan dengan menggunakan teori Socrates, Plato dsb,” papar alumnus master Universitas Islam Negeri (UIN) tersebut.

Yaksyallah menuturkan, para ilmuan dan tokoh agama pada waktu itu berpikir, mengapa kita terbelakang? Ternyata salah satu sebabnya adalah karena mereka mengikuti ajaran kitab-Nya. Kemudian muncul masa pencerahan yang membuat mereka beranggapan bahwa umat akan maju bila meninggalkan Injil sebab ajarannya tidak bisa dibuktikan dengan ilmu pengetahuan.

Columbus mengatakan bahwa bumi ini bulat, sementara dalam Injil dijelaskan bahwa bumi datar, setelah dibuktikan Columbus dengan berlayar mengarungi lautan, ternyata bumi adalah bulat.

Yahudi bisa maju pun demikian, lanjutnya karena mereka meninggalkan Taurat bahkan mereka menyatakan bahwa dirinya (bangsa Israel) adalah bangsa terhebat dan terkuat di muka bumi. Dengan usaha dan ketekunan -walaupun tidak disinari oleh kitab-Nya- akhirnya mereka bisa maju seperti saat ini. ”Meskipun demikian Yahudi mengaku mengamalkan kitab Talmud dalam meraih kemajuannya, demi menarik simpati bangsanya,” jelas Yaksyallah.

Menurut Drs Sutrisno Muslimin M Si, Direktur Eksekutif IIEC, Menemukan pendidikan yang benar-benar berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah saat ini seakan terasa sulit, ini dikarenakan kebanyakan kurikulum sekolah mengikuti cara dan metode Barat, padahal Nabi Muhammad saw telah meninggalkan dua pusaka berharga bagi umatnya yakni al-Qur’an dan Sunnah untuk dijadikan pedoman hidup termasuk pada aspek pendidikan.

Mencetak generasi rabbani yang mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah tidaklah mudah, perlu sistem pendidikan yang canggih, betapa banyak sekolah Islam bermunculan bahkan bertaraf International yang tidak mampu membuat pelajar dan lulusannya memiliki kemampuan intelektual dan spritual yang baik.

Sutrisno mengatakan, banyak sekolah Islam saat ini yang cenderung bersifat liberal, sekular dan menjadikan Islam hanya sebagai lip service (buah bibir), tidak menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dalam kurikulum pendidikan, hanya namanya saja sekolah Islam. Sehingga wajar bila lulusannya pun akan berpola pikir liberal. Padahal seharusnya sekolah Islam bisa menjadi suri teladan bagi sekolah-sekolah non Islam, bukan malah sebaliknya.

Menurutnya, sekolah yang ideal seharusnya berbasis al-Qur’an, kemudian ia mengutip surah Ali Imran ayat 110 yang artinya, ”Kamu adalah umat yang terbaik, yang telah dikeluarkan untuk kebaikan manusia, selama kamu menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemungkaran serta beriman kepada Allah SWT.”

Sebaik-baik manusia, kata Sutrisno adalah mereka yang bermanfaat dan berkontribusi besar untuk manusia lainnya, dalam surah Ali Imran tersebut, Allah telah menyatakan bahwa kita adalah umat yang terbaik, implementasinya adalah bagaimana ia bisa memberikan kontribusi yang positif buat orang lain tidak hanya buat dirinya saja. ”Islam itu rahmatan lil ‘alamin seharusnya umat Islam bisa menjadi rahmat untuk orang lain bukan malah menjadi beban, inilah dasar pendidikan kita,” jelasnya.

Jadi generasi unggulan adalah generasi yang dikeluarkan ke muka bumi untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar serta beriman kepada-Nya baik kepada ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah. ”Generasi inilah yang ditunggu umat untuk menjadi khalifatul fil ardh yakni pemimpin dunia pemegang peradaban,” papar Sutrisno.

Belajar dan mengajarkan al-Qur’an dalam arti luas seharusnya menjadi rutinitas kita sehari-hari. Meski kita awam, tapi ketika berbicara soal implementasi al-Qur’an dalam kehidupan, harus disadari bahwa tugas ini menjadi tanggung jawab semua orang yang mengaku beriman pada kebenaran al-Qur’an.

Karenanya, kaum Muslimin harus terus membaca, mengkaji dan mengamalkan al-Qur’an. Selain itu kaum Muslimin juga harus bersemangat menggali ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu lain untuk kemaslahatan umat. Pada hakikatnya, penggalian ilmu apa pun yang bermanfaat bagi kehidupan adalah proses pengejawantahan ayat-ayat Allah, sehingga akan bertambahlah hidayah dari Sang Khalik.

Persoalannya, dalam tataran praktis, masih terjadi kesenjangan pemahaman dalam memaknai proses belajar dan mengajarkan al-Qur’an. Sebagian masih berkutat bahwa mempelajari al-Qur’an hanya terbatas pada membaca, menghafal dan menggunakanya untuk melaksanakan ritual ibadah. Ketika diminta membantu memecahkan persoalan kehidupan yang kian kompleks, mereka mundur teratur.

Bahkan Rasul saw pernah mengadu pada Allah SWT akan sikap umatnya yang acuh tak acuh terhadap al-Qur’an. "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan.” (QS al-Furqan: 30). Mungkin saja di rumahnya memiliki berpuluh-puluh al-Qur’an, tapi hanya dijadikan koleksi dan hiasan belaka. Bukan menjadi hiasan iman, akhlak, ilmu dan amal.

Menurut Ketua Yayasan Markas Tahfidz al-Qur’an, Abdul Azis Abdul Rauf Lc, bagaimana mungkin al-Qur’an dapat dilaksanakan dalam kehidupan, jika dalam urusan shalat saja masih banyak yang menyepelekannya. Misalnya, tidak shalat berjamaah, shalat hanya ketika Idul Adha, Idul Fitri dan shalat Jumat. Jadi, kita jangan terlalu berharap jika umat Islam belum maksimal mengamalkan al-Qur’an. Padahal, dari shalat inilah ghirah qur’aniyah akan hidup. Kita tahu, betapa takut dan bergetarnya dunia barat yang anti Islam, jika ayat-ayat al-Qur’an diaplikasikan dengan baik dalam berbagai sektor kehidupan ini. Karena mereka mengetahui, jika umat Islam mendekat dengan al-Qur’an maka kejayaan akan kita raih.

sumber : sabili.co.id


Kiat Memulai Hidup Berumah Tangga



muhib: Kesalahpahaman, ketidaksesuaian, pertentangan dan pergesekan lain sering terjadi pada keluarga muda. Wajar, karena masing-masing berlatar belakang berbeda. Bagaimana menyelesaikannya?

1. Kenali Keluarga
Itulah sebabnya jauh sebelum seorang pemuda berniat mengawini muslimah, Rasulullah berpesan untuk mempelajari bentuk asal usul calon pasangan hidup. Mengenal pribadi-pribadi dalam keluarga si calon, mengenal cara hidup, prinsip hidup, dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mentradisi dalam keluarga itu. Bisa jadi, pengenalan terhadap keluarga ini jauh lebih penting daripada kenal terhadap calon pasangan itu sendiri! Tidak percaya?
Ibnu Majah dan Ad-Dhailami meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Pilihlah untuk air mani kamu sekalian, karena sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya."
Begitu juga Ibnu Adi dan Ibnu Syakir telah meriwayatkan dari Aisyah secara marfu' tentang hadits Rasulullah : "Pilihlah untuk air mani kamu sekalian. Karena sesungguhnya wanita-wanita itu melahirkan orang-orang yang menyerupai saudara laki-laki dan perempuan mereka".
Keluarga, bagi setiap orang adalah lingkungan khusus yang punya ciri khas tersendiri. Ini menyebabkan para anggota keluarga mempunyai kesatuan emosional yang kuat dan jadilah keluarga sebagai sebuah kelompok yang menyenangkan. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalamnya bisa tetap berakar hingga akhir hayat.
Betapa kuat pengaruh lingkungan keluarga, pernah diselidiki oleh para ahli terhadap sebuah keluarga yang punya kebiasaan berbuat jahat, mulai berjudi, mencuri dan merampok. Ternyata sampai tujuh generasi berikutnya, sebagaian besar anggota keluarga mewarisi kebiasaan buruk tersebut. Rata-rata mereka menjadi pejudi,ada yang meneruskan profesi sebagai pencuri dan rampok.
Seorang yang berasal dari keluarga cukup, tentunya terbiasa hidup serba bersih. Ibarat tak ada sehelai rambut pun yang belum tersapu setiap hari di rumahnya. Tak sesudut ruangan pun yang ditata tanpa cita rasa seni. Orang yang seperti ini bisa muntah karena bau kamar mandi yang kehabisan kapur barus, atau ia segera menjadi tak kerasan bila keadaan rumah berantakan.
Sebaliknya, orang yang dibesarkan dalam rumah kecil dengan kehidupan sederhana, sudah terbiasa dengan tali jemuran malang melintang di dalam rumah dengan bau baju yang pengap karena hari hujan. Pakaian pun ditumpuk sekedarnya, karena tak memiliki lemari yang cukup untuk menyimpan pakaian sembilan orang anggota keluarga. Orang dengan kebiasaan hidup seperti ini seringkali tak lagi bisa menghargai keindahan. Bagi mereka, rumah yang bersih dan menawarkan keindahan adalah mubazir. Yang penting rumah bisa berlindung, tempat makan, tidur, itu sudah cukup. Kedua golongan ini akan mempunyai banyak masalah jika bertemu dan menjadi pasangan hidup. Masalah-masalah sepele, tapi karena telah terjadi hampir setiap hari, bisa menjadi besar.

2. Bekas yang hilang
Selain kebiasaan umum yang berlaku dalam sebuah keluarga, ada juga hal-hal khusus yang dialami seseorang di masa kecil yang turut menentukan perkembangan wataknya. Satu missal tentang kedudukannya dalam anggota keluarga. Seorang anak perempuan di antara enam bersaudara kandung laki-laki mungkin akan tumbuh gadis tomboy yang kasar. Si anak sulung tumbuh menjadi orang yang terbiasa kerja keras, misalnya, sementara si bungsu bisa jadi terbiasa dilayani.
Ada juga peristiwa-peristiwa khusus yang menimbulkan pengaruh besar atau bahkan trauma, sehingga membekaskan satu sifat khas, ada istri yang sulit untuk bisa mempercayai suaminya. Segala tindakan suami ditanggapi penuh kecurigaan dan prasangka buruk. Ternyata istri ini mempunyai pengalaman buruk terhadap ayahnya di masa kecil. Sebelum kedua orang tuanya bercerai, selama bertahun-tahun ia menyaksikan bagaimana ayahnya sering marah-marah, menampar, memukul ibu di depan matanya, hanya karena persoalan-persoalan kecil.
Seorang anak yang menderita sakit parah hingga bertahun-tahun di masa kecil, menjadi terbiasa dilindungi dan dilayani oleh kakak-kakak dan orang tuanya. Ketika dewasa ia tetap meminta hampir setiap orang untuk melayani dan menyenangkan dirinya. Ia tumbuh menjadi orang yang tak mau tahu perasaaan orang lain.

3. Saling pengertian
Setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ini adalah prinsip utama dalam hidup bersuami istri. Saling memahami kekurangan masing-masing, saling tenggang rasa dan penuh pengertian, tidak membesar-besarkan kekurangan pasangan hidupnya. Sebaliknya, berusaha memahami dan menutup mata terhadap kekurangan teman hidup itu, sambil terus mencari-cari kelebihannya, memperhatikan dan memikirkan segi-segi baiknya.
Janganlah terlalu menuntut suami atau istri untuk mau mengubah sifat dan kebiasaan hidupnya. Apalagi jika sifat dan kebiasaan itu bentukan dari keluarga semenjak masa kecil. Dapat diibaratkan dengan sebuah revolusi besar dan butuh proses amat panjang.
Kunci penting lainnya dalam masalah ini adalah keterbukaan antara suami dan istri. Suami harus tahu sifat-sifat mana saja darinya yang tak disukai istri. Begitu juga sebaiknya, jangan sampai ada ketidaksenangan yang mengganjal di hati. Selanjutnya, saling memahami dan mau mengerti kekurangan masing-masing. Lebih baik lagi jika ada keinginan untuk mau sedikit menyesuaikan diri.

Mengharap memperoleh pasangan yang sempurna tidaklah mungkin ada. Mencari yang sesuai sifat dan kebiasaan pun teramat sulit. Jauh lebih penting mencari pasangan yang seide, seaqidah, karena di sanalah pokok dari segala permasalahan. Jika pokoknya sudah sama, persoalan-persoalan selanjutnya bisalah diatasi. Tapi jika pokoknya saja sudah bertentangan, ikatan kebahagiaan mudah sekali goyah.

Nasihat terakhir bagi segenap insan yang telah menikah, kesiapan anda untuk berkerluarga sama artinya dengan kesiapan untuk berkorban, lebih mementingkan kepentingan keluarga baru daripada kepentingan pribadi. Bersiaplah untuk mengubah diri, sifat, dan kebiasaan lama, untuk disesuaikan dengan kebutuhan keluarga baru anda. Kemudian bersama istri dan anak-anak, menentukan sebuah langkah baru, sifat, dan kebiasaan kekeluargaan yang Islami. [sakinahfamily.or.id]

Mahkamah Konstitusi Turki Berlakukan Kembali Larangan Berjilbab


Harapan para muslimah Turki agar dibolehkan mengenakan jilbab di universitas-universitas, kandas setelah Mahkamah Konstitusi Turki menyatakan menganulir amandemen konstitusi Turki yang telah memberikan kelonggaran berjilbab di universitas-universitas di Turki.

Surat kabar Hurriyet mengutip surat keputusan hakim Mahkamah Konstitusi yang isinya menyatakan pembatalan amandemen konstitusi pada tanggal 9 Februari yang mencabut larangan jilbab di universitas-universitas.

"Pelaksanaan hasil amandemen itu juga dihentikan, " demikian bunyi surat keputsuan Mahkamah Konstitusi Turki berdasarkan hasil voting dari 11 anggota majelis hakim yang menangani persoalan yang belakangan masih menjadi kontroversi di Turki itu.

Setelah menggelar persidangan selama hampir tujuh jam, dalam keterangan singkatnya pihak Mahkamah mengatakan bahwa mereka mencabut amandemen itu karena bertentangan dengan konstitusi yang menyatakan bahwa Turki adalah negara republik sekular dan prinsip itu tidak bisa diubah.

Keputusan Mahkamah Konstitusi itu bersamaan dengan tuntutan pembubaran yang diarahkan ke Partai AKP yang sekarang menjadi partai berkuasa di Turki dan yang memperjuangkan amandemen konstitusi agar larangan berjilbab di universitas-universitas dicabut. AKP, partai yang memang berbasis Islami ini digugat oleh kelompok sekular karena dianggap telah merusak sendi-sendi sekularisme yang dianut Turki.

Yang paling gembira atas pembatalan amandemen itu tentu saja kalangan pendukung sekularisme di Turki. "Keputusan itu merupakan peringatan bagi partai yang berkuasa tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, " kata Husamettin Cindoruk, mantan juru bicara parlemen Turki.

"Mulai sekarang, tak seorang pun yang bisa melakukan upaya untuk mengubah konstitusi, " kata seorang Onur Oymen, salah seorang anggota legislatif Turki dari Partai Rakyat Republikan (CHP) yang mengajukan petisi agar amandemen dicabut.

Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) mengecam pembatalan amandemen yang dilakukan Mahkamah Konstitusi dan menuding Mahkamah telah melangkahi juridiksinya. "Tindakan itu bertentangan dengan demokrasi dan otoritas legislatif di parlemen, " kata Bekir Bozdag, anggota senior AKP. (ln/iol)


Membongkar Jaringan AKKBB (Bag. 2)

Bulan Mei lalu, ada dua isu panas di tengah masyarakat kita. Pertama soal rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Yang kedua, soal kelompok sesat Ahmadiyah yang hendak dibubarkan namun mendapat dukungan dari koalisi liberal dan kelompok non-Muslim.

Di saat itulah, Abdurrahman Wahid terbang ke Amerika Serikat memenuhi undangan Shimon Wiesenthal Center (SWC) untuk menerima Medal of Valor, Medali Keberanian. Selain untuk menerima medali tersebut, Durahman juga menyatakan ikut merayakan hari kemerdekaan Israel, sebuah hari di mana bangsa Palestina dibantai besar-besaran dan diusir dari tanah airnya.

Medali ini dianugerahkan kepada mantan presiden RI ini dikarenakan Durahman dianggap sebagai sahabat paling setia dan paling berani terang-terangan menjadi pelindung kaum Zionis-Yahudi dunia di sebuah negeri mayoritas Muslim terbesar seperti Indonesia.

Acara penganugerahan medali tersebut dilakukan dalam sebuah acara makan malam istimewa yang dihadiri banyak tokoh Zionis Amerika dan Israel, termasuk aktor pro-Zionis Will Smith (The Bad Boys Movie), di Beverly Wilshire Hotel, 9500 Wilshire Blvd., Beverly Hills, Selasa (6 Mei), dimulai pukul 19.00 waktu Los Angeles.

Lazimnya acara penganugerahan penghargaan, maka dalam acara ini pun selain medali, ada juga sejumlah dollar yang dihadiahkan Shimon Wiesenthal Center kepada sang penerima. Hanya saja, berapa besar jumlah hadiah berupa uang ini tidak disebutkan dalam situs resmi Wiesenthal Center tersebut (www.wiesenthal.com).

Dalam acara dinner yang dihadiri tokoh-tokoh Zionis Amerika dan Israel, di antaranya C. Holland Taylor (CEO LibForAll), Rabbi Marvin Hier (Pendiri SWC, dinobatkan oleh Newsweek Magazines sebagai Rabbi paling berpengaruh nomor satu di AS tahun 2007-2008), Rabbi Abraham Cooper (menempati urutan ke-25 Rabbi paling berpengaruh di AS tahun 2008), CEO Sony Corporation, dan lainnya, antara penerima penghargaan dengan tuan rumah—para Zionis Amerika dan Israel tersebut—berlangsung obrolan santai namun serius.

Selain isu Ahmadiyah, topik kontroversi kenaikan harga BBM yang tengah hangat di dalam negeri (Indonesia) diduga kuat menjadi salah satu bahan pembicaraan mereka mengingat kebijakan pemerintahan SBY tersebut sesungguhnya mengikuti Grandesign Washington agar harga minyak di Indonesia bisa sama dengan harga minyak di New York, sesuai Letter of Intent (LOI) dengan IMF pada tahun 1999. DI tahun 2000, USAID pun telah mengucurkan dollar dalam jumlah besar kepada pemerintah RI untuk memuluskan liberalisasi sektor Migas (silakan baca wawancara eramuslim dengan Revrisond Baswir dalam rubrik bincang-bincang).

Target IMF untuk menyamakan harga BBM di New York dengan di Indonesia sebenarnya sudah harus tercapai pada tahun 2005, namun tersendat-sendat karena penolakan dari rakyat Indonesia sangat kuat. Sebab itu, di tahun 2008 ini Amerika agaknya tidak mau hal tersebut tersendat lagi. “Penyesuaian” harga BBM harus terus jalan. Zionis-Amerika sangat berkepentingan dengan hal ini, sebab itu mereka mendesak pemerintahan SBY yang memang sangat takut dan tunduk tanpa reserve pada AS agar segera menaikkan harga BBM. Bagaimana takutnya SBY terhadap AS bisa kita lihat sendiri saat Presiden Bush datang ke Bogor, 20 November 2006, di mana persiapan yang dilakukan pemerintah ini sangat keterlaluan berlebihan dan cenderung paranoid.

Pada tanggal 24 Mei 2008, pemerintah menaikkan harga BBM. Abdurrahman Wahid sudah tiba di tanah air. Untuk menekan penolakan, pemerintah SBY (lagi-lagi) memberi ‘permen’ kepada sebagian rakyat miskin bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun Social bumper ini malah menjadi bulan-bulanan kecaman ke pemerintah. Gelombang unjuk rasa dilakukan mahasiswa dan elemen-elemen rakyat. Tokoh-tokoh nasional seperti Amien Rais dan Wiranto pun sudah terbuka menyatakan ‘perang’ terhadap sikap pemerintah menaikkan harga BBM. Banyak kalangan berfikir, demo-demo ini akan meningkat eskalasinya hingga jadi besar, bahkan bukan mustahil rusuh Mei 1998 terulang kembali. Teriakkan “Turunkan SBY-JK!” sudah terdengar di mana-mana. Pihak kepolisian menerapkan status Siaga Satu saat itu.

Sejak itu tiada hari tanpa demo. Istana merupakan tempat paling favorit para pendemo. Hari ahad, 1 Juni 2008, sejumlah elemen masyarakat termasuk massa dan anggota PDIP dan elemen umat Islam seperti FUI, HTI, dan FPI, sudah mengantungi izin untuk melakukan aksi unjuk rasa di Monas, Jakarta. Sedangkan AKKBB menurut laporan ke pihak kepolisian hanya melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran HI, sekitar tiga kilometer dari kawasan Silang Monas.

Jalur Demo dan Polisi Yang Aneh

Dari Bundaran HI, tiba-tiba massa AKKBB bergerak long-march ke kawasan silang Monas yang sudah dipenuhi massa umat Islam yang tengah berdemo. Padahal pemberitahuannya hanya ke Bundaran HI. Aparat kepolisian berusaha mencegah massa AKKBB yang sebagiannya merupakan pendemo bayaran yang sesungguhnya tidak tahu apa-apa menuju silang Monas di mana massa elemen umat Islam tengah melakukan demo, agar tidak terjadi bentrok.

Namun massa AKKBB membandel dan polisi (anehnya) tidak mampu menghalangi massa AKKBB mendekati massa umat Islam. Setelah berdekatan, orator dari massa AKKBB memprovokasi massa umat Islam yang banyak terdiri dari para laskar meneriakkan, “Laskar setan!” dan sebagainya. Terang, mendapat provokasi seperti ini anak-anak muda dari massa Islam marah. Apalagi di antara massa AKKBB yang berada di dekat massa Islam ada yang membawa-bawa spanduk besar berisi penolakan SKB Ahmadiyah. Ini jelas provokasi. Anak-anak Laskar Islam pun menyerbu massa AKKBB. Dan terjadilah rusuh Monas.

Dalam tulisan ketiga, akan dipaparkan keanehan lainnya ba’da peristiwa Monas yaitu sikap SBY yang tiba-tiba cepat tanggap (biasanya peragu dan lamban), respon Kedubes AS dan pejabat Kedubes AS yang menjenguk korban, plintiran media massa baik itu cetak maupun teve, dan sebagainya.

Apa pun itu, semua ini telah berhasil membelokkan isu utama negeri ini dari yang tadinya menyoroti kenaikan BBM dan penolakan Ahmadiyah, menjadi isu sentral pembubaran FPI. Baik SBY maupun para liberalis dan non-Muslim yang tergabung dalam AKKBB (termasuk kelompok sesat Ahamdiyah) diuntungkan. (bersambung/rizki) sumber :eramuslim.com